Ahad, 1 April 2012

13 di pulau wan man - Google Blog Search

13 di pulau wan man - Google Blog Search


Al Khidmah <b>di</b> Semenanjung Malaysia #5 | Kata, Abadi

Posted: 24 Mar 2012 08:20 PM PDT

Sepulang dari Yala kami tidur di flat dengan pulas. Sudah separuh perjalanan Al Khidmah goes to Asean, terlampaui: mulai dari Batam, Johor dan Yala. Ada dua tempat lagi yang, seperti penulis akan ceritakan, juga merupakan rintisan. Dua itu adalah Terengganu dan Kelantan.

Kamis, 22 Maret 2012, jam 09.30, kami pakai bis menuju Terengganu Darul Iman. Salah satu negara bagian Malaysia ini terletak di Pantai Timur Semenanjung Malaysia. Berbatasan dengan Kelantan di bagian utara dan barat, serta berbatasan dengan Pahang di bagian selatan dan barat daya.

Perjalanan memakan waktu tiga jam. Tujuan utama kami adalah Masjid Tengku Tengah Zaharah. Namun karena jadual Majlisan di Masjid Tengku jam 4 sore, kira-kira selepas Asar, maka kami "pusing-pusing" (jalan-jalan) dulu di Taman Tamadun Islam di Pulau Wan Man, Terengganu.

Di Taman Tamadun Islam (TTI) terdapat masjid bagus bernama Kristal. Disebut "Kristal" lantaran hampir seluruh masjid dibuat dari baja dan kaca. Berdiri tegak—seperti terapung—di atas sungai laut. Jadi kalau dilihat dari kejauhan, tampak seperti kilauan kristal di atas laut.

Masjid Kristal diresmikan oleh Perdana Menteri Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi pada 8 Februari 2008. Luas masjid kira-kira 2.146 meter persegi, dengan kapasitas kurang lebih 750 jamaah, dilengkapi jaringan wifi—dengan tujuan melayani dan "memanjakan" jama'ah—agar bisa pakai internet, membaca Al-Qur'an elektronik, dan tentu saja biar betah di masjid.

Kalau boleh dibilang, TTI mirip Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Jika di TMII terdapat replika 27 rumah dan budaya dari 27 propinsi seluruh Indonesia, di TTI terdapat 23 replika masjid tersohor dari seluruh dunia—atau disebut Taman Monumen. Ada Masjid Nabawi di Madinah, Taj Mahal di India, Masjid Al Aqso di Palestina, Masjid Sunan Kudus di Indonesia, dan sebagainya.

Jam dinding sudah tunjuk pukul tiga sore. Maka kami harus bergegas menuju lokasi majlis: Masjid Tengku Tengah Zaharah.

***

Orang sering sebut Masjid Tengku Tengah Zaharah (TTZ) sebagai Masjid Terapung. Pasalnya, mirip seperti Masjid Kristal, Masjid TTZ dibangun di atas Sungai Ibani. Nama TTZ diambil dari Sultan Terengganu, Sultan Mahmud Al-Muktafi Billah Shah, atau lebih tersohor dikenal sebagai Tuanku Intan Zaharah putra Tengku Seri Setia Raja.

Masjid TTZ terletak 4 km dari pusat kota Kuala Terengganu. Desain dan arsitektur ditata oleh Dato' Raja Kamarul Bahrin Shah Raja Ahmad. Pembangunan berlangsung selama 29 bulan, bermula pada September 1991 sampai Januari 1994, serta menghabiskan dana 20.9 miliar rupiah. Diresmikan oleh Sultan Mahmud pada Jumat, 28 Ramadlan 1414 H atau 11 Maret 1994.

Keindahan masjid tercermin pada menara masjid yang tingginya mencapai 30 meter; dimahkotai satu kubah besar mengkilat, warna langit membiru di atasnya, tiupan angin laut China Selatan di sekelilingnya, serta puluhan tiang yang kokoh di atas air Sungai Ibani sedalam 1.5 meter. Pantaslah kalau dikatakan Masjid TTZ adalah masjid terapung termegah dan terindah di Malaysia.

Masjid TTZ mampu menampung jamaah hingga 1000 orang. Namun, karena masih rintisan, majlis yang terselanggara hari itu hanya dihadiri kurang lebih 100 orang. Untuk ukuran Malaysia, 20 orang hadir sudah terhitung banyak. Apalagi bisa mencapai 100 orang, tentu sangat melimpah bagi satu majlis permulaan.

Hadloroh dipimpin oleh Habib Abdullah bin Umar Al Haddar dan KH. Munir Abdullah. Istighosah oleh KH. Abdul Kholiq Kudus. Pembacaan maulid oleh Habib Salim Baharun dan santri Pondok Pesantren Al Fitrah Kedinding Surabaya. Doa maulid oleh Habib Ahmad Zein Al Kaf.

Hari sudah menjemput malam. Selepas majlisan di Masjid Terapung, para jama'ah langsung menuju ke satu rumah makan di tengah Kota Bahru, Kelantan. Malam itu adalah malam jumat. Sebelum makan malam bermula, para kiai dan habaib memimpin kami untuk membaca Iklil. Sebuah ajaran ulama' salafuna sholihun yang selalu kami rindukan.

***

Jumat, 23 Maret 2012, jam 4 pagi kami sudah bersiap-siap menuju Masjid Kamil Hassan, Mukim Cabang Tiga Pendek, Batu 6 1/2., Jalan Salor 15100 Kota Bahru, Kelantan. Di masjid inilah majlis perdana Al Khidmah Kelantan diselenggarakan.

Ketika kami sampai di masjid itu muncul rasa gembira karena Takmir Masjid Kelantan sudah persiapkan semuanya dengan sangat baik. Ada tenda besar di sepanjang halaman masjid, kursi berjajar rapih untuk para habaib, kiai, dan jamaah, makanan sarapan pagi, serta spanduk besar bertuliskan "Selamat Datang Jama'ah Al Khidmah Surabaya".

Di Malaysia, waktu subuh jam 6 pagi. Kami tiba di masjid jam 5 pagi. Tentu untuk ukuran Kelantan, masih masuk waktu sahur. Ketika kami tiba, terdapat satu baris jama'ah yang melaksanakan sholat sunnah seperti tahajud, hajad, dan witir. Dan kami pun lalu langsung beri'tikaf di dalam masjid hingga adzan subuh bertalu.

Adzan subuh diserukan oleh Muhammad Yahya. Alumni Kedinding yang kini tinggal—dan berkhidmah—di Jakarta. Suaranya indah, seindah bangunan Masjid Kelantan. Imam subuh oleh Habib Ahmad Zein Al Kaf. Disambung dengan tausiyah lepas subuh oleh KH. Najib Zamzami.

Tepat jam 07.30 pagi, majlis maulid dimulai, ditandai dengan hadloroh oleh Habib Abdullah bin Umar Al Haddar dan KH. Munir Abdullah. Istighosah oleh KH. Abdul Kholiq dari Kudus. Pembacaan maulid oleh Habib Salim Baharun dan santri Pondok Kedinding Surabaya. Doa maulid oleh Habib Ahmad Zein Al Kaf.

Majlis kali ini dihadiri oleh jamaah yang jauh lebih banyak daripada Majlis Terengganu. Kira-kira 350 kursi yang disediakan oleh panitia habis diduduki jama'ah. Bahkan jelang pertengahan pembacaan  maulid, jama'ah sekitar masjid masih ada yang datang berduyun-duyun, lalu duduk di sepanjang serambi masjid.

Dengan banyaknya jamaah yang hadir, berarti niat baik Al Khidmah telah disambut positif oleh Takmir Masjid dan jamaah Masjid Batu. Apalagi majlis juga dihadiri oleh tokoh penting seperti Dato' Husam Musa sekeluarga, Timbalan Negeri Besar Kelantan, Dato' Abdul Rohman, Tuan Haji Yusuf, dan Jajaran Pengurus dan Ahli Jawatan Kuasa Masjid Kamil Hassan—tentu kebersyukuran kami pada Ilahi berlipat berkali-kali.

Banyak kenangan menyelinap di Kota "Serambi Makkah"-nya Malaysia ini. Tetapi kami harus lekas tinggalkan Kota Bahru Kelantan. Tepat jam 4 sore kami berangkat menuju Selangor. Perjalanan 7 jam arah selatan dari Kelantan.

Di kota tujuan ini terdapat peninggalan Kiai Asrori RA yang maha penting—yang masih dilestarikan oleh para perantau, utamanya, dari Bawean. Peninggalan itu adalah ndalem (rumah) Beliau RA dan Haflah Dzikir dalam rangka Haul Akbar wanita terhebat sepanjang jaman, Sayyidatina Khodijah Al Kubro Radliyallahu 'anha.[]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ads